Jumat, 22 November 2013

Ummu Kultsum Binti Ali Bin Abi Tholib Seorang Bidan Muslimah




Kelahiran Beliau
Ummu Kultsum binti Ali bin Abu Thalib t, bani Hasyimiyah saudara kandung Al Hasan dan Al Husain anak-anak dari Fatimah binti Rasulullah .
Dia dilahirkan pada tahun 7 Hijriyah. Dia pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, akan tetapi tidak didapati bahwa beliau pernah meriwayatkan sesuatu dari Rasulullah .
Menikahnya dengan Umar bin Khaththab t
Umar bin Khaththab t meminangnya ketika Ummu Kultsum masih kecil. Ali t bertanya kepada Umart, “Apa yang kamu inginkan dari dirinya ?” dia menjawab, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Semua sebab dan nasab akan terputus pada Hari Kiamat, kecuali sebabku dan nasabku sendiri’.”
Abdullah bin Zaid bin Aslam meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Umar bin Khaththab menikahi Ummu Kultsum dan memberikan mahar kepadanya 40 ribu dinar.
Abu Umar bin Abdul Barr berkata : Umar bin Khaththab berkata kepada Ali t, “Nikahkanlah aku dengan Ummu Kultsum, karena aku melihat kemuliaan-kemuliaan pada dirinya yang tak terdapat pada orang lain.” Ali berkata, “Aku telah menyerahkannya kepadamu jika kamu meridhainya dan aku telah menikahkanmu dengannya –walaupun Ummu Kultsum masih kecil- .” Ali t menyuruh putrinya untuk pergi menemui Umar bin Khaththab t  dengan membawa selimut. Ali t lalu berkata kepada putrinya, “Katakan kepadanya, ‘Inilah selimut yang aku katakan kepadamu’.” Ummu Kultsum kemudian mengatakan pesan ini kepada Umar t.Umar t lalu berkata, “sampaikan kepada ayahmu bahwa aku telah meridhainya dan semoga Allah meridhaimu.” Setelah itu Umar t meletakkan tangannya diatas pundak Ummu Kultsum dan menyingkapnya. Ummu Kultsum berkata, “mengapa kamu melakukan ini? Andai saja kamu bukan Amirul Mukminin maka aku akan menghancurkan hidungmu.”
Ummu Kultsum lalu pulang dan memberitahukan kejadian tersebut kepada ayahnya, “Ayah telah menyuruhku pergi ke orang tua yang jahat.” Ali berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa dia adalah suamimu.”
Bidan Muslimah
Yang mengesankan pada Ummu Kultsum, istri dari Amirul Mukminin, bahwa suatu ketika Umar t keluar pada malam hari seperti biasanya untuk mengawasi rakyatnya, beliau melewati suatu desa di Madinah. Tiba-tiba, beliau mendengar suara rintihan seorang wanita yang bersumber dari dalam sebuah gubuk. Di depan pintu, ada seorang laki-laki yang sedang duduk.
Umar t mengucapkan salam kepadanya dan bertanya tentang apa yang terjadi. Laki-laki tersebut berkata bahwa dia adalah seorang Badui yang ingin mendapatkan kemurahan Amirul Mukminin. Umar bertanya tentang wanita di dalam gubuk yang beliau dengar rintihannya. Laki-laki tersebut tidak mengetahui bahwa yang berbicara dengannya adalah Amirul Mukminin, maka dia menjawab, “Pergilah anda! Semoga Allah merahmati Anda sehingga mendapatkan hal yang Anda cari, dan janganlah Anda bertanya tentang sesuatu yang tak ada gunanya bagi Anda.”
Umar tkembali mengulang-ulang pertanyaannya agar dia dapat membantu kesulitannya, jika mungkin. Laki-laki tersebut menjawab, “Dia adalah istriku yang hendak melahirkan dan tak ada seorang pun yang dapat membantunya.” Umar pergi meninggalkan laki-laki tersebut dan kembali ke rumah dengan segera.
Beliau masuk menemui istrinya, yakni Ummu Kultsum, dan berkata, “Apakah kamu ingin mendapatkan pahala yang akan Allah limpahkan kepadamu?” Beliau menjawab dalam keadaan penuh antusias dan berbahagia dengan kabar gembira tersebut yang mana beliau merasa mendapatkan kehormatan karenanya, “Apa wujud kebaikan dan pahala tersebut, wahai Umar?” Maka Umar t memberitahukan kejadian yang beliau temui, kemudian Ummu Kultsum segera bangkit dan mengambil peralatan untuk membantu melahirkan dan kebutuhan bagi bayi, sedangkan Amirul Mukminin membawa kuali yang di dalamnya ada mentega dan makanan. Beliau berangkat bersama istrinya hingga sampai ke gubuk tersebut.
Ummu Kultsum masuk ke dalam gubuk dan membantu ibu yang hendak melahirkan, dan beliau bekerja dengan semangat seorang bidan. Sementara itu, Amirul Mukminin duduk-duduk bersama laki-laki tersebut di luar sambil memasak makanan yang beliau bawa. Tatkala istri laki-laki tadi melahirkan anaknya, Ummu Kultsum secara spontan berteriak dari dalam rumah, “Beritakan kabar gembira kepada temanmu, wahai Amirul Mukminin, bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya seorang anak laki-laki.” Hal itu membuat orang Badui tersebut terperanjat karena ternyata orang di sampingnya yang sedang memasak dan meniup api adalah Amirul Mukminin.
Begitu pula wanita yang melahirkan tersebut terperanjat karena yang menjadi bidan baginya di gubuk tersebut ternyata adalah istri dari Amirul Mukminin. Takjub pula orang-orang yang hadir menyaksikan realita yang berada dalam naungan Islam tersebut, yang mana seorang kepala negara dan istrinya membantu seorang laki-laki dan istrinya dari Badui.

Ummu Kultsum, Setelah Meninggalnya Umar t
Setelah Umar meninggal, Aun bin Ja’far bin Abu Thalib menikahinya. Tetapi dia juga meninggal. Kemudian Ali bin Abu Thalib menikahkannya lagi dengan Muhammad bin Ja’far, lalu meninggal pula, lantas ayahnya menikahkannya lagi dengan Abdullah bin Ja’far dan Ummu Kultsum wafat disisinya.
Wafatnya
Ada yang mengatakan bahwa pada suatu malam terjadi keributan. Lalu Zaid anak Ummu Kultsum berusaha melindunginya hingga ibunya terkena batu dan meninggal. Peristiwa itu terjadi pada awal-awal pemerintahan Mu’awiyah t.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar