Jumat, 22 November 2013

Tafakur



MANA WUJUD SYUKURMU??
Akhwat muslimah……..
Kehidupan yang berjalan dari waktu ke waktu sering luput untuk dicermati. Sinar mentari yang menyapa akrab di pagi hari, gunung-gunung berdiri kokoh sebagai pasak bumi, samudera luas membentang seakan tak bertepi, belaian lembut angin sepoi serta dendang riang burung-burung di kebun belakang rumah kita menambah syahdu hati, bahkan semua yang ada pada tubuh kita ini, pernahkah kita mencermati dan memikirkan walau hanya sekali?.

Akhwat muslimah….

Kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada kita sudah banyak sekali. Dari semenjak kita dalam kandungan sampai sekarang ini, baik nikmat yang tampak maupun tersembunyi, yang langsung dapat kita rasakan dengan indra kita ataupun sebaliknya. Singkat kata, tidak ada dalam setiap tarikan nafas kita kecuali nikmat Allah ada di dalamnya.
Memang, banyaknya jumlah sesuatu terkadang membuat kita sulit untuk mengingatnya. Sehingga membuat kita lalai bahkan melupakannya. Begitupula dengan nikmat Allah yang banyak itu. Kita tidak akan pernah sanggup untuk mengkalkulasinya. Akhirnya, nikmat-nikmat itu diremehkan, dilupakan, bahkan tak segan-segan dikufuri. Wal'iyyadzubillah.

Mungkin, karena tiap hari kita menyaksikan fenomena-fenomena alam yang disebutkan di awal tulisan tadi, seakan-akan ia merupakan suatu hal yang lumrah dan biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Sehingga berlalu begitu saja tanpa ada kesan di jiwa..

Akhwat muslimah…………

Bersyukur merupakan ciri khas yang melekat pada diri seorang mukmin. Apapun bentuk nikmat itu, sekecil apapun ia, maka mukmin sejati tak pernah kering bibirnya dari memuji Allah Sang Maha Pemberi rejeki. Hatinya mengakui dan membenarkan bahwa itu semua merupakan kemurahan dari Allah. Bukan semata-semata karena kepintaran dan kecemerlang otaknya dalam meraih sebuah prestasi.
Tidak berhenti sampai di situ saja, bahkan dia akan semakin memperpanjang sujudnya di malam hari sebagai refleksi rasa syukurnya kepada Illahi. Manusia terbaik yang pernah lahir di muka bumi ini, Muhammad, merupakan teladan dalam bersyukur. Malam-malamnya dihiasi dengan lamanya berdiri dan panjangnya sujud sehingga kaki beliau pecah-pecah. Begitupula dengan tradisi para salafusshalih. Malam-malam mereka dihiasi dengan sujud berurai air mata sebagai refleksi syukur atas apa yang Allah berikan kepada mereka.

Akhwat muslimah…………
Akhirnya, pertanyaan harus ditujukan pada pribadi kita masing-masing. Sudahkah kita merefleksikan rasa syukur ini dalam amaliah nyata seperti para salaf kita?. Atau malah sebaliknya, kita mengkufuri nikmat-nikmat itu sambil terus berjalan di muka bumi dengan membusungkan dada?. Duhai…alangkah celakanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar