Jumat, 22 November 2013

MAKALAH TAFSIR


makalah tafsir
JARIMAH QODZAF
MA’HAD ‘ALY HIDAYATURRAHMAN
SRAGEN-JAWA TENGAH
OLEH: Najwa Tsurayya
5/25/2013

Ditulis guna:
Memenuhi tugas mata kuliah tafsir
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (4) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)
Dosen pengampu: Ust. Junaidi  Manik M.Pd.I



بسم الله الرحمن الرحيم
JARIMAH QODZAF
BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG MASALAH
Menuduh seorang muslim berzina adalah suatu kesalahan yang serius dalam islam. Karena islam sangat menjaga harga diri seorang muslim, seseorang tidak bisa dikenakan had zina atas tuduhan seseorang tanpa empat saksi yang adil.
Pada saat ini banyak orang menuduh saudaranya adalah seorang pezina. Hanya karena dia melakukan  hal-hal yang menjurus ke perzinaan. Padahal dalam islam tidak akan melaksanakan had zina, jika keempat saksi tidak melihat dengan jelas seperti masuknya benang ke lubang jarum.
Jadi hendaknya seseorang muslim berhati-hati dalam menvonis seseorang. Harus ada bukti yang jelas, atau pengakuan dari orang yang berzina itu sendiri.
  1. RUMUSAN MASALAH
1.    Apa definisi qodzaf?
2.     Apa hukum qodzaf?
3.    Apa had bagi pelaku qodzaf?
4.    Apa syarat-syarat ditegakkan had qodzaf?
5.    Apa hal-hal yang menggugurkan had qodzaf?

  1. TUJUAN PEMBAHASAN
1.      Mengetahui definisi qodzaf.
2.      Mengetahui hukum qodzaf
3.      Mengetahui had bagi pelaku qodzaf.
4.      Mengetahui syarat-syarat ditegakkan qodzaf.
5.      Mengetahui hal-hal yang menggugurkan had qodzaf.
BAB II
PEMBAHASAN

  1. DEFINISI QODZAF
Qodzaf secara etimologi berarti melempar. Sebagaimana di kitab mukhtarus shohih   al qodzfu bil hijaroh artinya melempar dengan batu.[1]
Sedangkan menurut istilah adalah menuduh berzina, ada juga yang mengatakan menuduh berzina, liwath, ataupun nafyun nasab.[2]
  1. HUKUM QODZAF
Qodzaf termasuk dosa besar. Hukumnya haram menurut ijma’ para ulama’ dan sudah ditetapkan di dalam Al-Qur’an dan sunnah.[3]
Sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (4)
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu ) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya, dan mereka itulah orang-orang yang fasik. (Qs. An-Nuur: 4).
Juga sabda Rosulullah :
اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ.
“Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan.” Para  sahabat bertanya, “Apakah itu ya Rasulullah?” Jawab Beliau, “(pertama) menyekutukan Allah, (kedua) sihir, (ketiga) membunuh jiwa yang telah Allah haramkan membunuhnya kecuali dengan jalan yang haq, (keempat) makan hasil riba, (kelima) makan harta benda anak yatim, (keenam) melarikan diri pada waktu menyerang, dan (ketujuh) menuduh wanita-wanita baik-baik yang lengah dan beriman (berbuat zina).” (Muttafaqun ’alaih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 144).

  1. HAD PELAKU QODZAF BESERTA DALILNYA
Had (hukuman) bagi qodzaf  disini ada tiga, yaitu:
1.      Didera sebanyak delapan puluh kali.
Sebagaimana firman Allah :
وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً….. (4)
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi maka deralah mereka (yang menuduh itu ) delapan puluh kali dera(Qs. An-Nuur: 4).
Hukum ini berlaku jika penuduh adalah orang merdeka. Jika penuduh adalah seorang budak maka


2.      Tidak diterima kesaksiannya.
وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا……
dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya.
  1. SYARAT-SYARAT DITEGAKKAN HAD QODZAF
Had qodzaf tidak ditegakkan kecuali dengan sepuluh syarat. Lima syarat untuk penuduh, dan lima untuk yang dituduh.
Syarat penuduh  yaitu:
1.      Baligh.
Tidak ada had bagi orang yang belum mencapai balighnya. Sebagaimana sabda Rosulullah :
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ عَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ ، وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يُفِيقَ ، وَعَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ
Artinya:
Hilanglah kewajiban menjalankan syari’at islam dari tiga golongan, yaitu orang gila sampai dia sembuh, orang yang tidur sampai ia terbangun, dan anak-anak sampai ia mimpi.”

2.      Berakal.
Maka had tidak ditegakkan jika penuduh adalah orang gila, sebagaimana telah disebutkan hadits di atas.
3.      Penuduh bukan bapak dari yang dituduh dan seterusnya kaeatas.
4.      Penuduh menuduh tanpa dipaksa.
Berkaitan hal ini Rosulullah bersabda:
رفع عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه
 “Dihilangkan (dosa) daripada umatku dengan sebab tersilap, lupa dan yang terpaksa”.                                                                         
5.      Penuduh mengetahui keharaman qodzaf
Sedagkan syarat bagi yang dituduh adalah:
1.      Muslim.
2.      Baligh.
3.      Berakal.
4.      Menjaga kesuciaan diri.
5.      Tidak ada izin oleh yang dituduh
  1. HAL-HAL  YANG MENGUGURKAN HAD QODZAF
Had qodzaf bisa gugur dikarenakan bebarapa hal, diantaranya:
1.    Mendatangkan saksi.
2.    Yang dituduh membenarkan tuduhan penuduh.
3.    Dimaafkan oleh yang dituduh.
Gugur sebab dimaafkan ialah karena had itu hak orang yang dituduh, karena inilah had ini tidak dapat gugur kecuali dengan seizin yang tertuduh dan dengan permintaannya, sedangkan yang tertuduh boleh memaafkannya, dan apabila si tertuduh sudah memaafkan, hukuman (had) gugur karena had itu hak yang tertuduh semata seperti qishash.[4]

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Hukuman untuk jarimah qadzaf ada dua macam, yaitu sebagai berikut.
Hukuman pokok, yaitu jilid atau dera sebanyak delapan puluh kali, hukuman ini merupakan hukuman had, yaitu hukuman yang sudah ditetapkan oleh syara, sehingga ulil amri tidak mempunyai hak untuk memberikan pengampunan.
Hukuman tambahan, yaitu tidak diterima persaksiannya.



[1]Dr. Mushthofa bugho & Dr Mushthofa al khin, Al-Fiqh al-manhajiy (Damaskus,Daarul qolam, 2008)hal 427
[2] Abdurrahman bin Sulaiman al falih,  Ata’zir inda suquuthi had al qodzaf  (Bairut, Muassasah ar Risalah, 2000) hal 48
[3] Ibid hal 49
[4] http://mahadalyannur.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar