HALIMAH AS SA’DIYAH
Wafat setelah 8 H/630 M
A.
NAMA
DAN NASABNYA
Halimah binti
Abu Dzuaib (Abdullah) bin Al Harits bin Syijnah bin Rizam bin Nadliroh bin Sa’ad
bin Bakr bin Hawazin.
Suaminya adalah
Al Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah bin Malan bin Nadliroh bin Qoshiyyah bin
Nashr bin Sa’ad.
B. MENCARI ANAK SUSUAN
Halimah
As-Sa’diyah adalah wanita Arab yang sangat terkenal karena menjadi ibu
Rasulullah r. Halimah
menceritakan tentang penyusuannya dengan penjelasan yang panjang lebar dan
komprehensif.
Ia mengatakan,
“Suatu ketika aku keluar bersama para wanita bani Sa’ad untuk mencari anak
susuan. Waktu itu adalah tahun yang sangat sulit (paceklik). Kami mengendarai
keledai putih dan kurus. Kami membawa serta unta betina yang tidak mengandung
air susu setetes pun.
Kami semua tidak pernah tidur di malam hari
karena bayi kami selalu menangis karena rasa lapar. Puting kami tidak lagi
menyediakan apa yang mencukupinya. Unta betina kami tidak pula menyediakan
apa-apa yang mengenyangkannya. Kami selalu mengharap hujan dan jalan keluar.
Sampai kami sengaja datang ke Mekah.
Setiap wanita
yang diperlihatakan kepada Nabi r
merasa enggan untuk mengasuhnya, setelah dikatakan bahwa dirinya adalah anak
yatim, dikarenakan kami selalu menaruh harapan kebaikan dari ayah si anak asuh.
Kami berkata, ” Ia yatim, apa gerangan yang akan diperbuat oleh ibu atau
kakeknya? Oleh karena itu, kami tidak tertarik. Tidak ada dari wanita-wanita
yang bersamaku mengambilnya, selain diriku.
Ketika rombongan kami sepakat untuk pulang,
aku berbicara kepada suamiku, “Demi Allah, sungguh aku tidak suka untuk pulang
bersama kawan-kawan wanita yang lain, sebelum mendapatkan anak susuan. Demi
Allah, aku pergi menuju anak susuan yang yatim itu, dan pasti aku akan
mengambilnya. Ia berkata, “Lakukan itu, semoga Allah memberi kita berkah
lantaran anak itu.” Aku pergi menuju anak itu dan mengambilnya.
C. BERKAH YANG MELIMPAH
Berkah yang
melimpah kepada Halimah dan suaminya setelah mengambil Nabir.
Suatu hari, Halimah dan suaminya merasakan lapar dan haus. Namun, dari mana
mereka mendapatkan makanan karena susu unta betinanya tidak berisi.
Keadaan telah
berubah dalam sekejap. Keadaan ini diriwayatkan sendiri oleh Halimah. Ia
berkata, “Suamiku bangkit menuju unta betina milik kami. Ternyata susunya
sangat penuh. Ia memerahnya untuk diminum bersamaku hingga kami puas dan
kenyang, sehingga kami tertidur di malam yang sangat baik itu. Ketika pagi
suamiku berkata, “Demi Allah ketahuilah wahai Halimah! Engkau telah mengambil
orang yang penuh dengan berkah.”
Aku mengatakan,
“Demi Allah, itulah yang kuharapkan.”
Kemudian kami
serombongan bepergian dengan menunggang keledai. Kubawa serta anak itu. Demi
Allah, jarak itu kutempuh dengan tungganganku jauh lebih cepat daripada
keledai-keledai orang lain sehingga kawank-kawanku berkata kepadaku, “Wahai
anak serigala, sial engkau! temani kami! Bukankah ini keledaimu yang dulu kau
tunggangi saat bepergian?”
Kukatakan kepada
mereka, : Ya, demi Allah benar. Keledai ini adalah keledai yang dulu itu.”
Mereka mengatakan, “Demi Allah, sekarang keledaimu tidak seperti dulu!”
Rombongan tiba
di daerah pedalaman bani Sa’ad yang terlihat bekas-bekas kekeringan di tahun
itu. Halimah telah melihat berkah anak yatim itu. Kebaikan telah memancar
kepadanya dari segala penjuru. Keberkahan meliputinya dalam segala hal.
Kambing-kambingnya selalu keluar menuju ke tempat-tempat penggembalaan bersama
kambing-kambing orang lain. Ketika kembali ke kandang selalu dengan susu yang
penuh. Sedangkan kambing-kambing yang lain pulang dengan keadaan sebagaimana
ketika pergi, sehingga kaumnya mencerca tukang gembala mereka. Demikianlah
hari-hari Halimah hingga berjalan selama 2 tahun.
D. KEMBALI MENGASUH RASULULLAH
Setelah
menyusuinya 2 tahun, Halimah harus membawanya kembali pulang ke pangkuan ibu
kandungnya, Aminah, di Makkah Al-Mukarramah. Halimah membawanya kepada sang
ibu, sekalipun sangat ingin agar anak asuhnya tetap bersamanya karena melihat
besaranya berkah pada diri Nabi r.
Aminah sangat
berbahagia dengan anaknya yang mulia. Khususnya ketika melihatnya sedemikina
suci dan tumbuh laksana anak berumur 4 tahun, padahal belum lebih dari 2 tahun.
Halimah berbicara sangat lembut kepada Aminah, mengharap agar mengizinkan
anaknya kembali ke pedalaman lagi. Aminah mengizinkannya. Halimah kembali ke
pedalaman dengan anak asuhnya. Demikianlah, Nabi r
tinggal di tengah-tengah bani Sa’ad sampai berumur 4 atau 5 tahun dari hari
lahirnya hingga terjadi peristiwa “pembelahan dada”.
E. PEMBELAHAN DADA
Suatu
hari ketika Nabi Muhammad r
menggembala kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba datang dua malaikat
dalam wujud manusia menghampiri beliau. Beliau dibaringkan, saat itulah dada
beliau dibelah. Kemudian malaikat tadi
mengeluarkan hati beliau dan membuang segumpal darah, seraya berkata “ini
adalah tempat bercokolnya setan”. Kemudian hati Nabi Muhammad r
dicuci dengan air Zam-Zam di dalam bejana emas. Setelah itu dikembalikan
ketempatnya.
Ketika
melihat hal itu, Abdullah bin Al Harits langsung lari menemui orang tuanya. Sambil
berteriak, “Ibu, Muhammad dibunuh.”
Seketika
itu juga mereka lari menemui Nabi Muhammad r.
Mereka langsung lari menemui Nabi Muhammad r,
dan mendapati beliau duduk dalam keadaan
pucat pasi.
Setelah
kejadian ini, Halimah merasa takut sehingga mengembalikan kepada ibu
kandungnya.
Halimah kembali
ke daerah pedalaman. Dia tinggal di sana beberapa tahun. Selanjutnya ketika
Allah mengutus Muhammad r kepada seluruh
manusia, maka Halimah As-Sa’diyah masuk Islam bersama suami dan anak-anaknya.
F. KEDUDUKAN HALIMAH
Halimah
berkedudukan mulia di sisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada
kehormatan dan kelembutan yang lebih baik daraipada yang diberikan kepada ibu
asuhnya, Halimah. Bukti sikap beliau yang sangat menghormati Halimah yaitu
ketika menyambut kedatangan Halimah dengan berteriak, “Ibuku, Ibuku.” Lalu
beliau membentangkan sorbannya untuk ibu asuhnya itu sebagai bukti bakti dan
kebaikan beliau kepadanya.
Semoga Allah
mengangkat derajatnya bersama pasa sahabat Nabi lainnya.
ASY SYAIMA’ BINTU AL HARITS
(Saudara Sepersusuan Rosulullah r)
A.
NAMA
DAN NASABNYA
Syaima’ bintu Al
Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah. Sedangkan ibunya adalah Halimah As
Sa’diyah. Ibu susu Rosulullah r,
dari bani sa’ad bin Bakr bin Hawazin.
Nama aslinya
adalah Hudzafah bintu Al Harits bin Abdul ‘Uzza. Akan tetapi lebih terkenal
dengan laqobnya yaitu Syaima’.
Syaima’ sekitar empat atau lima
lebih tua daripada Rosulullah r.
B.
KELEMBUTAN
DAN KASIH SAYANGNYA TERHADAP ROSULULLAH
Asy Syaima’
sangat menyayangi Rosulullah r. Kadang dia bersyair , menari, dan bermain
dengan beliau.
Selama lima
tahun, bersama ibunya, Asy-Syaima' merawat dan mengasuh Rasulullah r.
Suatu hari ketika menimang-nimang Nabi Muhammad kecil, Asy-Syaima' bersyair, “Wahai
Robbku, jagalah Muhammad sampai kami melihatnya tumbuh dewasa. Kemudian kami
ingin melihatnya sebagai seorang pemimpin yang disegani. Hancurkanlah para
musuhnya dan orang yang dengki kepadanya serta berikanlah dia kemuliaan yang
kekal selamanya.”
Doa tersebut
didengar Abu Urwah al-Azdi yang menyatakan betapa indah untaian kata yang
diucapkan Asy-Syaima'. Ia pun berdoa semoga doa Asy-Syaima' dikabulkan Allah I.
C.
ASY SYAIMA’
BERTEMU DENGAN ROSULULLAH
Ibnu Ishaq
berkata, “Sebagian Bani Sa’ad bin Bakr bercerita kepadaku bahwa Rasulullah r
bersabda pada hari itu (perang Hunain), “Jika kalian sanggup menangkap Bijad –
seorang lelaki dari Bani Sa’ad bin Bakr – maka jangan ia lepas dari kalian. Ia
telah membuat-buat hal baru.” Maka ketika pasukan muslimin berhasil
menangkapnya, mereka menggiringnya beserta keluarganya. Mereka juga menggiring Asy
Syaima’ binti Al Harits bin Abdil Uzza, saudarai sepersusuan Rasulullah r,
bersamanya.”
Mereka bersikap
kasar kepadaAsy Syaima’, sehingga ia
berkata pada pasukan kaum muslimin, “Tahukah kalian, demi Allah, aku ini
saudari sepersusuan pemimpin kalian.” Namun mereka tidak mempercayainya hingga
mereka sampai di hadapan Rasulullah r.”
Lantas Yazid bin
Ubaid As-Sa’di bercerita kepadaku, “Ketika telah sampai di hadapan Rasulullah r,
ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku saudari sepersusuan Anda. Beliau bertanya,
‘Apa buktinya.’’Bekas gigitan Anda di punggungku ketika aku bersandar pada
Anda. Rosulullah r mengenali bekas
luka gigitan tersebut.
Kemudian beliau menghamparkan selendang dan
mempersilakannya duduk. Kemudian beliau menawarkan dua pilihan padanya, “Jika
engkau mau, engkau bisa hidup bersamaku dengan penuh cinta dan dihormati.
Tetapi jika engkau menginginkan aku memberi (harta) kepadamu dan engkau kembali
ke kaummu, aku bisa melakukannya.’ Ia menjawab, “Beri saja saya harta dan
kembalikan aku ke kaumku.”
JUMANAH
BINTU ABDUL MUTHOLLIB
Dia
adalah Jumanah bintu Abu Tholib bin Abdul Muthollib. Sepupu Rosulullah r.
Dia
adalah ibu dari Abdullah bin Abu Sufyan bin Al Harits bin Abdul Muthollib.
Suaami dari Abu Sufyan bin Al Harits. Saudari
Ummu Hani’ yang diberi ghonimah 30 wasaq pada perang Khoibar.
Dikatakan bahwa dia bertemu dengan ‘Atho’,
Mujahid, Ibnu katsir dan Anas. Pada
malam 27 Romadhon ketika mereka pergi Tan’im, mereka singgah di kemah
Jumanah.
UMMU
AYYUB AL ANSHORIYAH
Dia
adalah Ummu Ayyub Al Anshoriyah bintu Qois bin Amru bin Imriil qois Al
Khozrojiyah Al Anshoriyah. Istri dari sahabat yang masyhur Abu Ayyub Al Anshori.
Ibnu
Hajar menyebutkan dalam kitab Al Ishobah bahwasanya Ummu Ayyub berkata,
“ Suatu hari Rosulullah r besama para sahabat beliau berkunjung ke
rumah kami. Kemudian kami menyediakan sayuran. Teranyata Rosulullah r
tidak menyukai sayuran itu. Kemudian beliau bersabda kepada para sahabat, “
Makanlah, aku berbeda dengan kalian, aku takut sahabatku akan tersakiti.”
Al
Humaidiy meriwayatkan, Abu Sufyan berkata, “ Aku mimpi bertemu dengan
Rosulullah r. Kemudian aku
bertanya kepada beliau, “Ini adalah hadits yang dikatakan oleh Ummu Ayyub sesungguhnya
malaikat itu terganggu dengan apa yang mengganggu bani Adam”. Beliau
bersabda, “Benar”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar