Jumat, 22 November 2013

Shohabiyah Rosul



HALIMAH AS SA’DIYAH
Wafat setelah 8 H/630 M
A.    NAMA DAN NASABNYA
Halimah binti Abu Dzuaib (Abdullah) bin Al Harits bin Syijnah bin Rizam bin Nadliroh bin Sa’ad bin Bakr bin Hawazin.
Suaminya adalah Al Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah bin Malan bin Nadliroh bin Qoshiyyah bin Nashr bin Sa’ad.
B.     MENCARI ANAK SUSUAN
Halimah As-Sa’diyah adalah wanita Arab yang sangat terkenal karena menjadi ibu Rasulullah r. Halimah menceritakan tentang penyusuannya dengan penjelasan yang panjang lebar dan komprehensif.
Ia mengatakan, “Suatu ketika aku keluar bersama para wanita bani Sa’ad untuk mencari anak susuan. Waktu itu adalah tahun yang sangat sulit (paceklik). Kami mengendarai keledai putih dan kurus. Kami membawa serta unta betina yang tidak mengandung air susu setetes pun.
 Kami semua tidak pernah tidur di malam hari karena bayi kami selalu menangis karena rasa lapar. Puting kami tidak lagi menyediakan apa yang mencukupinya. Unta betina kami tidak pula menyediakan apa-apa yang mengenyangkannya. Kami selalu mengharap hujan dan jalan keluar. Sampai kami sengaja datang ke Mekah.
Setiap wanita yang diperlihatakan kepada Nabi r merasa enggan untuk mengasuhnya, setelah dikatakan bahwa dirinya adalah anak yatim, dikarenakan kami selalu menaruh harapan kebaikan dari ayah si anak asuh. Kami berkata, ” Ia yatim, apa gerangan yang akan diperbuat oleh ibu atau kakeknya? Oleh karena itu, kami tidak tertarik. Tidak ada dari wanita-wanita yang bersamaku mengambilnya, selain diriku.
 Ketika rombongan kami sepakat untuk pulang, aku berbicara kepada suamiku, “Demi Allah, sungguh aku tidak suka untuk pulang bersama kawan-kawan wanita yang lain, sebelum mendapatkan anak susuan. Demi Allah, aku pergi menuju anak susuan yang yatim itu, dan pasti aku akan mengambilnya. Ia berkata, “Lakukan itu, semoga Allah memberi kita berkah lantaran anak itu.” Aku pergi menuju anak itu dan mengambilnya.
C.    BERKAH YANG MELIMPAH
Berkah yang melimpah kepada Halimah dan suaminya setelah mengambil Nabir. Suatu hari, Halimah dan suaminya merasakan lapar dan haus. Namun, dari mana mereka mendapatkan makanan karena susu unta betinanya tidak berisi.
Keadaan telah berubah dalam sekejap. Keadaan ini diriwayatkan sendiri oleh Halimah. Ia berkata, “Suamiku bangkit menuju unta betina milik kami. Ternyata susunya sangat penuh. Ia memerahnya untuk diminum bersamaku hingga kami puas dan kenyang, sehingga kami tertidur di malam yang sangat baik itu. Ketika pagi suamiku berkata, “Demi Allah ketahuilah wahai Halimah! Engkau telah mengambil orang yang penuh dengan berkah.”
Aku mengatakan, “Demi Allah, itulah yang kuharapkan.”
Kemudian kami serombongan bepergian dengan menunggang keledai. Kubawa serta anak itu. Demi Allah, jarak itu kutempuh dengan tungganganku jauh lebih cepat daripada keledai-keledai orang lain sehingga kawank-kawanku berkata kepadaku, “Wahai anak serigala, sial engkau! temani kami! Bukankah ini keledaimu yang dulu kau tunggangi saat bepergian?”
Kukatakan kepada mereka, : Ya, demi Allah benar. Keledai ini adalah keledai yang dulu itu.” Mereka mengatakan, “Demi Allah, sekarang keledaimu tidak seperti dulu!”
Rombongan tiba di daerah pedalaman bani Sa’ad yang terlihat bekas-bekas kekeringan di tahun itu. Halimah telah melihat berkah anak yatim itu. Kebaikan telah memancar kepadanya dari segala penjuru. Keberkahan meliputinya dalam segala hal. Kambing-kambingnya selalu keluar menuju ke tempat-tempat penggembalaan bersama kambing-kambing orang lain. Ketika kembali ke kandang selalu dengan susu yang penuh. Sedangkan kambing-kambing yang lain pulang dengan keadaan sebagaimana ketika pergi, sehingga kaumnya mencerca tukang gembala mereka. Demikianlah hari-hari Halimah hingga berjalan selama 2 tahun.
D.    KEMBALI MENGASUH RASULULLAH
Setelah menyusuinya 2 tahun, Halimah harus membawanya kembali pulang ke pangkuan ibu kandungnya, Aminah, di Makkah Al-Mukarramah. Halimah membawanya kepada sang ibu, sekalipun sangat ingin agar anak asuhnya tetap bersamanya karena melihat besaranya berkah pada diri Nabi r.
Aminah sangat berbahagia dengan anaknya yang mulia. Khususnya ketika melihatnya sedemikina suci dan tumbuh laksana anak berumur 4 tahun, padahal belum lebih dari 2 tahun. Halimah berbicara sangat lembut kepada Aminah, mengharap agar mengizinkan anaknya kembali ke pedalaman lagi. Aminah mengizinkannya. Halimah kembali ke pedalaman dengan anak asuhnya. Demikianlah, Nabi r tinggal di tengah-tengah bani Sa’ad sampai berumur 4 atau 5 tahun dari hari lahirnya hingga terjadi peristiwa “pembelahan dada”.
E.     PEMBELAHAN DADA
Suatu hari ketika Nabi Muhammad r menggembala kambing bersama saudara-saudaranya. Tiba-tiba datang dua malaikat dalam wujud manusia menghampiri beliau. Beliau dibaringkan, saat itulah dada beliau dibelah. Kemudian  malaikat tadi mengeluarkan hati beliau dan membuang segumpal darah, seraya berkata “ini adalah tempat bercokolnya setan”. Kemudian hati Nabi Muhammad r dicuci dengan air Zam-Zam di dalam bejana emas. Setelah itu dikembalikan ketempatnya.
Ketika melihat hal itu, Abdullah bin Al Harits langsung lari menemui orang tuanya. Sambil berteriak, “Ibu, Muhammad dibunuh.”
Seketika itu juga mereka lari menemui Nabi Muhammad r. Mereka langsung lari menemui Nabi Muhammad r, dan mendapati beliau duduk  dalam keadaan pucat pasi.
Setelah kejadian ini, Halimah merasa takut sehingga mengembalikan kepada ibu kandungnya.
Halimah kembali ke daerah pedalaman. Dia tinggal di sana beberapa tahun. Selanjutnya ketika Allah mengutus Muhammad r kepada seluruh manusia, maka Halimah As-Sa’diyah masuk Islam bersama suami dan anak-anaknya.
F.     KEDUDUKAN HALIMAH
Halimah berkedudukan mulia di sisi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Tidak ada kehormatan dan kelembutan yang lebih baik daraipada yang diberikan kepada ibu asuhnya, Halimah. Bukti sikap beliau yang sangat menghormati Halimah yaitu ketika menyambut kedatangan Halimah dengan berteriak, “Ibuku, Ibuku.” Lalu beliau membentangkan sorbannya untuk ibu asuhnya itu sebagai bukti bakti dan kebaikan beliau kepadanya.
Semoga Allah mengangkat derajatnya bersama pasa sahabat Nabi lainnya.







ASY SYAIMA’ BINTU AL HARITS
 (Saudara Sepersusuan Rosulullah r)
A.    NAMA DAN NASABNYA
Syaima’ bintu Al Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah. Sedangkan ibunya adalah Halimah As Sa’diyah. Ibu susu Rosulullah r, dari bani sa’ad bin Bakr bin Hawazin.
Nama aslinya adalah Hudzafah bintu Al Harits bin Abdul ‘Uzza. Akan tetapi lebih terkenal dengan laqobnya yaitu Syaima’.
Syaima’ sekitar empat atau lima lebih tua daripada Rosulullah r.
B.     KELEMBUTAN DAN  KASIH SAYANGNYA TERHADAP ROSULULLAH
Asy Syaima’ sangat menyayangi Rosulullah r.  Kadang dia bersyair , menari, dan bermain dengan beliau.
Selama lima tahun, bersama ibunya, Asy-Syaima' merawat dan mengasuh Rasulullah r. Suatu hari ketika menimang-nimang Nabi Muhammad kecil, Asy-Syaima' bersyair, “Wahai Robbku, jagalah Muhammad sampai kami melihatnya tumbuh dewasa. Kemudian kami ingin melihatnya sebagai seorang pemimpin yang disegani. Hancurkanlah para musuhnya dan orang yang dengki kepadanya serta berikanlah dia kemuliaan yang kekal selamanya.”
Doa tersebut didengar Abu Urwah al-Azdi yang menyatakan betapa indah untaian kata yang diucapkan Asy-Syaima'. Ia pun berdoa semoga doa Asy-Syaima' dikabulkan Allah I.   
C.    ASY SYAIMA’ BERTEMU DENGAN ROSULULLAH
Ibnu Ishaq berkata, “Sebagian Bani Sa’ad bin Bakr bercerita kepadaku bahwa Rasulullah r bersabda pada hari itu (perang Hunain), “Jika kalian sanggup menangkap Bijad – seorang lelaki dari Bani Sa’ad bin Bakr – maka jangan ia lepas dari kalian. Ia telah membuat-buat hal baru.” Maka ketika pasukan muslimin berhasil menangkapnya, mereka menggiringnya beserta keluarganya. Mereka juga menggiring Asy Syaima’ binti Al Harits bin Abdil Uzza, saudarai sepersusuan Rasulullah r, bersamanya.”
Mereka bersikap kasar kepadaAsy  Syaima’, sehingga ia berkata pada pasukan kaum muslimin, “Tahukah kalian, demi Allah, aku ini saudari sepersusuan pemimpin kalian.” Namun mereka tidak mempercayainya hingga mereka sampai di hadapan Rasulullah r.”
Lantas Yazid bin Ubaid As-Sa’di bercerita kepadaku, “Ketika telah sampai di hadapan Rasulullah r, ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku saudari sepersusuan Anda. Beliau bertanya, ‘Apa buktinya.’’Bekas gigitan Anda di punggungku ketika aku bersandar pada Anda. Rosulullah r mengenali bekas luka gigitan tersebut.
 Kemudian beliau menghamparkan selendang dan mempersilakannya duduk. Kemudian beliau menawarkan dua pilihan padanya, “Jika engkau mau, engkau bisa hidup bersamaku dengan penuh cinta dan dihormati. Tetapi jika engkau menginginkan aku memberi (harta) kepadamu dan engkau kembali ke kaummu, aku bisa melakukannya.’ Ia menjawab, “Beri saja saya harta dan kembalikan aku ke kaumku.”










JUMANAH BINTU ABDUL MUTHOLLIB

Dia adalah Jumanah bintu Abu Tholib bin Abdul Muthollib. Sepupu Rosulullah r.
Dia adalah ibu dari Abdullah bin Abu Sufyan bin Al Harits bin Abdul Muthollib. Suaami dari Abu Sufyan bin Al Harits. Saudari  Ummu Hani’ yang diberi ghonimah 30 wasaq pada perang Khoibar.
 Dikatakan bahwa dia bertemu dengan ‘Atho’, Mujahid, Ibnu katsir dan Anas. Pada  malam 27 Romadhon ketika mereka pergi Tan’im, mereka singgah di kemah Jumanah.



UMMU AYYUB AL ANSHORIYAH
Dia adalah Ummu Ayyub Al Anshoriyah bintu Qois bin Amru bin Imriil qois Al Khozrojiyah Al Anshoriyah. Istri dari sahabat yang masyhur Abu Ayyub Al Anshori.
Ibnu Hajar menyebutkan dalam kitab Al Ishobah bahwasanya Ummu Ayyub berkata, “ Suatu hari Rosulullah r  besama para sahabat beliau berkunjung ke rumah kami. Kemudian kami menyediakan sayuran. Teranyata Rosulullah r tidak menyukai sayuran itu. Kemudian beliau bersabda kepada para sahabat, “ Makanlah, aku berbeda dengan kalian, aku takut sahabatku akan tersakiti.”
Al Humaidiy meriwayatkan, Abu Sufyan berkata, “ Aku mimpi bertemu dengan Rosulullah r. Kemudian aku bertanya kepada beliau, “Ini adalah hadits yang dikatakan oleh Ummu Ayyub sesungguhnya malaikat itu terganggu dengan apa yang mengganggu bani Adam”. Beliau bersabda, “Benar”.                                     



Tidak ada komentar:

Posting Komentar