Jumat, 22 November 2013

Syafura bintu Syu’aib




Wanita Pemalu  Pendamping Nabi Musa u

Dia adalah seorang putri Nabi Syu’aib u, pekerjaan tiap harinya adalah menggembalakan kambing bapaknya yang sudah lanjut usia bersama saudarinya , dia sangat pemalu, apalagi dihadapan laki-laki asing, dia adalah Syafura binti Syu’aib u.
Ketika Nabi Musau melarikan diri dari Mesir karena tidak sengaja membunuh seorang qibti, dalam keadaan yang sangat ketakutan dan kebingungan karena terancam akan dibunuh oleh Fir’aun, Nabi Musau lari tanpa tujuan yang pasti, akan tetapi Nabi Musa u terus berlari untuk menyelamatkan diri.
Setelah  sampai di sebuah negeri yaitu Madyan tepatnya di dekat sebuah sumber air, Nabi Musau melihat sekumpulan orang-orang berebut air  untuk minum ternak-ternak mereka dari sumber tersebut.
 Pada saat yang sama terlihat ada dua perempuan (putri Nabi Syu’aibu) yang sedang berdiri agak jauh dari kerumunan laki-laki tadi. Melihat hal itu Nabi Musau mendatangi keduanya, kemudian menanyakan kepada keduanya tentang apa yang sedang mereka lakukan di situ, keduanya menjawab, “Kami tidak akan memberi minum ternak kami sampai para penggembala itu pergi, dan bapak kami sudah sangat tua, sehingga tidak bisa menggembala kambing lagi”. Mendengar jawaban itu Nabi Musaupun menawarkan bantuannya, beliau mengambil timba untuk memberi minum kambing-kambing milik putri Nabi Syu’aibu tadi.
Tak perlu waktu banyak untuk memberi minum kambing-kambing tersebut, karena tubuh Nabi Musau yang kuat, dengan mudah beliau menerobos kerumunan penggembala-penggembala lainnya. Setelah mengucapkan terima kasih  dua putri Nabi Syu’aibupun segera pulang kerumah mereka.
Setelah dua perempuan tadi  pergi, Nabi Musaupun pergi ke bawah sebuah pohon dan duduk berteduh disana. Fikirannya tidak tenang, badannya capek, lapar, namun taka da keluh kesah yang beliau ucapkan, beliau hanya mengucapkan beberapa kata akan tetapi maknanya menunjukkan tawakalnya seorang hamba kepada Robbnya, “ Ya Robbku sungguh aku sangat membutuhkan kebaikan yang engkau turunkan kepadaku”.
Sesampai dua putri Syu’aibu di rumah, Nabi Syu’aibu terkejut melihat kedua putrinya pulang lebih awal daripada biasanya, ada apa gerangan? Kemudian ditanyalah mereka berdua tentang sebab mereka berdua datang lebih awal dari pada biasanya. Ditanya ayahnya, salah satu anaknya yang juga tokoh kita kali ini Syafura menceritakan tentang pemuda perkasa yang baru saja menolongnya memberi minum ternak bapaknya.
Mendengar ungkapan putrinya Nabi Syu’aib u menyuruh Syafura untuk  mengundang pemuda tadi kerumahnya untuk sekedar menerima imbalan atas pertolongan yang sudah beliau berikan tadi.
Syafura berjalan menuju tempat Nabi Musa u berteduh, sambil berjalan dengan malu-malu syafura berkata; “Tuan, bapak saya mengundang anda ke rumah, kalau tuan berkenan?” .
Nabi Musa u menganggukkan kepala kemudian berjalan di depan Syafura sambil sesekali menunjukkan jalan menuju rumahnya.
Mahar Yang Mulia
Nabi Musa u kemudian  menceritakan apa yang beliau alami, Nabi Syu’aib u  menghibur beliau; “Janganlah kamu takut! Kamu telah selamat dari orang dholim itu, daerah ini bukan wilayah mereka.
Setelah itu Syafura membisiki bapaknya; “, Bapak, pekerjakanlah dia di sini! Sesungguhnya sebaik-baik orang yang bekerja pada kita adalah orang yang kuat lagi jujur.
Bapak belum tahu kekuatannya dan kejujurannya anakku” Jawab Nabi Syu’aib
Syafura kemudian menjelaskan kepada Nabi Syu’aib u tentang kekuatan Nabi Musa u saat mengambilkan air untuk ternak mereka. Begitu juga ketika berjalan menuju rumah, Nabi Musa u mempersilahkan Syafura untuk berjalan di belakang beliau, agar tidak memandang Syafura.
Beberapa waktu kemudian, timbullah minat Nabi Syuaib u  untuk menikahkan puterinya dengan Nabi Musa u.
Apakah kau bersedia menikahi salah satu dari putriku?” Tanya Nabi Syuaib u.
Aku adalah seorang musafir yang faqir, bagaimana aku mampu membayar mahar untuk ini?” Tanya  Nabi Musa u.
“Maharmu adalah menggembalakan kambingku selama delapan tahun, dan menyepurnakannya selama sepuluh tahun jika kamu bersedia”. Jawab Nabi Syuaib u dengan  bijaksana.
Berlasunglah pernikahan Syafura dengan Nabi Musa u. Dan selama sepuluh tahun beliau menggembalakan kambing Nabi Syuaib u sebagai penyempurnaan mahar untuk menikahi Syafura.
Kesetiaan Seorang Istri Utusan Alloh
Tahun demi tahun berlalu, Nabi Musa u akhirnya menyempurnakan mahar beliau selama sepuluh tahun. Sebagai manusia normal beliau merasa rindu kampung halaman, maka setelah meminta izin untuk kembali ke Mesir bersama istrinya.
Disinilah menunjukkan kesetiaan seorang Syafura. Mendampingi suami pergi ke tempat yang tidak pernah dia ketahui, melewati padang pasir yang sangat luas, siang malam berjalan, hanya sesekali istirahat.
Suatu malam ketika mereka berdua sedang berjalan. Mereka melihat api menyala dari sebuah bukit, Nabi Musa u berkata kepada istrinya; “Tetaplah disini! Aku akan mengambil api itu untuk penerang jalan.”
Sesampai Nabi Musa u di bukit, ternyata api tadi adalah pertanda wahyu Allah untuk beliau sebagai seorang Rosul.
Begitulah Syafura pendamping seorang Rosul Alloh. Hidup bertahun-tahun sebelun masa Rosululloh Muhammad r, namun karena sifat malunya yang terabadikan di dalam Al Qur’an, membuat namanya tetap harum sampai sekarang. Wallahu a’lam bishshowab.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar